Total Pageviews

Kamus Umum Bahasa Indonesia

Friday, January 27, 2012

Postmodern

Wilson (http://www.cudenver.edu/~bwilson/postmodern.html) berupaya mengkalisifikasikan pandangan-pandangan filsafat  menjadi tiga yakni: pandangan kuno, pandangan modern dan pandangan postmodern.


Menarik menyingkapi pergeseran pandangan  dari pemahaman kuno dan modern menuju postmodern.


Pandangan kuno membedakan antara dunia yang kita lihat dengan mata kepala kita sendiri dan dunia "nyata" yang terpisah dari pemahaman kita tentang dunia itu sendiri. Pandangan kuno meyakinkan segala sesuatu yang dipahami tanpa ada dasar ilmiah. Pada masa ini pengetahuan ilmiah dianggap faktor penghambat dalam mencari kebenaran. 


Pandangan modern lebih mendasarkan pada azas rasionalitas dan penggunaan metode ilmiah dalam mencari kebenaran. 


postmodern mengambangkan dan melumpuhkan klaim kebenaran iman Kristen, bahkan antara kebenaran dengan yang bukan kebenaran dibuat menjadi kabur. John Cooper mengatakan bahwa postmodernisme, "Instead of attacking, it trivializes. Instead of rejecting Christianity as false, it grants relative truth. The faith is true for Christians but not necessarily for anyone else." (salah satu tulisan dalam yahoo group oleh Suzianty Herawati 
Berbeda dengan modernisme yang menyerang kekristenan secara langsung....

Pandangan posmodern mempertanyakan kembali apakah dengan memanfaatkan hasil-hasil ilmu pengetahuan dapat mengatasi persoalan kehidupan masyarakat, karena ternyata ilmu pengetahuan dan teknologi tidak selalu mampu mengatasinya dan bahkan banyak menimbulkan dampak-dampak negatif. 



Pandangan posmodern cenderung membuka peluang bagi dinamika perbedaan, disebut oleh Wilson dengan "dynamic diversity of life" (Wilson dalam http://www.cudenver.edu/~bwilson/postmodern.html).


Postmodernists might say, "Truth is what people agree on," or "Truth is what works," or "Hey, there is no Truth, only lots of little 'truths' running around out there!" Postmodernists tend to reject the idealized view of Truth inherited from the ancients and replace it with a dynamic, changing truth bounded by time, space, and perspective. Rather than seeking for the unchanging ideal, postmodernists tend to celebrate the dynamic diversity of life (Wilson 1997).


Menurut saya pribadi Postmodern menjadi jawaban baru bagi romantisme masa lalu "jaman Kuno", kegagalan atau banyak hal yang tidak terjawab oleh segala atributnya, maka post modern menjadi jalan tengah yang akhirnya memunculkan pemahaman yang nampak relevan sekaligus mempertanyakan dan mengkritisi produk modern dan jamn kuno termasuk iman Kristen didalamnya.











Mari kita perhatikan film di blog ini yang mencoba merekontruksi kekristenan sebagai suatu pengulangan atas kisah-kisah mitos dalamZeitgeist (2007) - Part 1 - Religion, gugurnya ketuhanan Yesus karena pernikahan dan ditemukannya makam Yesus.(bandingkan dengan novel De da Vinci code dan film documenter the lost Tomb of Jesus (Discovery Channel)!

Bagaimana kita menyikapi semua gejala dan upaya ini?
Sebagai umat Kristen hal ini merupakan suatu tantanga, 
tantangan yang membutuhkan suatu jawaban yang kontruktif,
ilmiah dan bebas nilai/netral. Harapan saya kontribusi para guru, pendeta, teolog, ilmuan untuk mau menjadi kontributor bagi perkembangan hidup keimanan yang lebih dewasa dan maju. Tapi pada sisi diri saya sebagai seorang kristiani saya pun mengkritisi bentuk-bentuk kritik kepada iman kristen yang bersembunyi dalam jubah ilmia, bahkan tidak bebas nilai hanya karna upaya untuk merutuhkan iman. Sering para pengkritik memaksakan pemikiran mereka yang jauh dari ilmiah, membangun opini yang tidak tepat, bahkan tidak menguasai pendekatan kritis terhadap sejarah dan naskah kitab suci yang mereka kritisi.

No comments:

Post a Comment